Sabtu, 27 Oktober 2012

PERTAHANKAN KERR .

PERTAHANKAN KERR
(AREMANIA IN SEMARANG )


  • Aremania ''Tenggelamkan'' Panser Biru
MELUBER: Ribuan penonton terpaksa menyaksikan pertandingan PSIS lawan Arema Malang dari tepi lapangan, karena tribun Stadion Jatidiri Semarang tak mampu menampung sekitar 35 ribu pengunjung yang hadir, kemarin. (Foto: Suara Merdeka/D5-15)

SEMARANG - Sepanjang musim Kompetisi Liga Indonesia tahun ini di Semarang, penonton di Stadion Jatidiri kemarin paling banyak. Pada pertandingan antara PSIS melawan Arema Malang, yang berakhir 0-0, diperkirakan lebih dari 35.000 penonton tumplek bleg di stadion itu.
Bahkan sejak Stadion Jatidiri diresmikan tahun 1991, penonton di Jatidiri kemarin tercatat paling banyak. Stadion berkapasitas 21.000 itu pun tak dapat menampung penonton.
Kemembeludakan penonton itu membuat trek atletik di seputar lapangan yang seharusnya terlarang bagi penonton dipenuhi suporter. Belum lagi ribuan lain di luar stadion yang tak tertampung. Ada yang memanjat pohon, banyak pula yang nangkring di tower lampu.
Hal itu membuat panitia dan aparat keamanan deg-degan dan khawatir kerusuhan bakal meledak. Maklum, beberapa kali terjadi kerusuhan di Semarang hingga PSIS kena sanksi wajib main di radius 100 km.
Terakhir, dua tahun lalu terjadi bakar-bakaran di Jatidiri ketika PSIS ''main sabun'' dengan Perserang untuk menyingkirkan PS Krakatau Steel pada pertandingan babak ''8 besar'' Divisi I. Saat itulah suporter PSIS gigit jari karena tidak bisa menyaksikan tim kesayangannya berlaga di kota ini.
Ricuh Antarpenonton
Tanda-tanda bakal terjadi keributan kemarin muncul ketika babak kedua baru saja dimulai. Makin banyak penonton yang berdiri di pinggir lapangan membuat penonton di tribune terganggu menyaksikan tim kesayangan mereka saat menyerang di daerah pertahanan Arema. Mereka pun melemparkan botol air mineral.
Lemparan dari tribune ''dilayani'' penonton di lapangan, hingga terjadilah saling lempar.
Sebagian lagi penonton yang berjubel di lapangan sisi utara, sekitar gawang Arema yang dijaga Kurnia Sandy, lari terbirit-birit karena dikejar aparat keamanan. Karena, keberadaan penonton dikhawatirkan mengganggu penjaga gawang atau para pemain lain.
Kondisi yang sedikit ricuh membuat wasit M Rosyid menghentikan pertandingan beberapa menit hingga penonton tenang. Tak lama kemudian penonton kembali tertib.
Kedatangan suporter dari Malang kemarin menambah ''hidup'' suasana stadion. Meski tidak lebih dari 500 orang, kehadiran mereka yang tertib dan simpatik membangkitkan semangat Panser Biru dalam mendukung PSIS.
Aremania yang menggerombol di tribune selatan sisi kiri juga mengusung alat musik seperti drum band, terompet, dan ecek-ecek.
Lagu-lagu yang mereka nyanyikan pun variatif. Dengan kostum biru-putih sesekali mereka begitu kompak menggerakkan tangan sesuai dengan irama lagu yang didendangkan.
Ketika antarsuporter PSIS saling lempar botol, para ''Kera Ngalam'' spontan menyanyikan lagu ''Sayonara'' yang sebagian syairnya diubah, ''...buat apa rusuh, buat apa rusuh/ rusuh itu tak ada gunanya.../
Keruan saja peringatan dari suporter tamu itu membuat penonton tuan rumah menurunkan ''tensi''. Mereka pun kembali tertib.
Ada pula lagu dengan syair dipelesetkan, yang intinya mengajak Daniel Roekito yang pernah menjadi Pelatih Arema kembali ke Malang.
''Kami ke Semarang ingin menjemput Daniel,'' seloroh seorang anggota Aremania.
Menyaksikan permainan PSIS yang berkali-kali gagal memanfaatkan peluang emas untuk menyarangkan si kulit bundar ke gawang lawan, pada menit-manit menjelang akhir pertandingan, suporter Semarang berulah dengan membunyikan aneka petasan. Petasan jenis ses-dor berseliweran di atas lapangan.
Kreativitas dan semangat Aremania membuat sejumlah penonton tertegun.
Asisten Pelatih PSIS Djoko Yogianto menyatakan salut atas kiprah arek-arek Malang itu. Meski jumlah mereka tak sebanding dengan suporter PSIS, mereka mammpu ''menenggelamkan'' Panser Biru. Harus diakui, lagu dan gerakan Aremania jauh lebih menarik daripada Panser Biru.
''Apa kontribusi Panser Biru terhadap PSIS. Masa puluhan ribu suporter kalah dari anggota Aremania yang hanya sekitar 500 orang,'' kata Djoko.
Ketua Panser Biru RM Adimas Radityo mengakui semangat dan kreativitas anggotanya kalah dari Aremania.
Itu antara lain karena penonton lain bersikap pasif ketika menonton PSIS. Kenyataan itu, harap dia, bisa menjadi bahan renungan bagi Panser Biru.
''Jangan menganggap kita paling top, apalagi merasa paling pintar, termasuk kepada Kirun (dirigen Panser Biru-Red). Ternyata dibandingkan dengan Aremania, kita belum ada apa-apanya. Aremania yang sedikit mampu menggoyang stadion,'' katanya.
Dalam pertandingan kemarin beberapa penonton dilaporkan terjatuh dari tribune hingga luka serius. Bahkan ada yang dilarikan ke rumah sakit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar